Walt dan Tikusnya
Dalam kebangkitan industri Hollywood, atau yang sering disebut sebagai Golden Age, seekor tikus hitam-putih lahir di antara raksasa studio studio live action. Dalam sebuah perjalanan kereta pulang, Lillian Disney memberi tikus itu sebuah nama; Mickey. Walt, sang pencipta tikus itu yang kebetulan juga suaminya, mencintai usulan nama itu.
Dalam screening film pendek pertama tikus itu yang berjudul Place Crazy di Mei 1928, penonton belum terpukau dengan Mickey. Hal ini mengakibatkan Walt kesulitan mencari distributor. Enam bulan kemudian, Mickey kembali muncul dalam film Steamboat Willie. Sebagai salah satu film animasi dengan teknologi sinkronisasi suara, respon publik sangatlah baik, menjadikannya kartun Mickey Mouse pertama yang dirilis untuk publik.
Akibat ini, Mickey Mouse dan Walt Disney masuk dalam zeitgeist budaya populer Hollywood. Hal ini dimonumentasikan saat Walt Disney menerima piala Oscar honorer pertamanya dari hasil menciptakan Mickey. Sehingga, dapat dibilang bahwa Mickey Mouse adalah non-human pertama dan satu-satunya yang pernah memenangkan piala Oscar.
Namun, pengaruh Mickey dan Walt terhadap Hollywood tidak bermula di sini. Meskipun relatif sukses, pada era in, animasi atau “kartun” belum dianggap bagian dari diskursus sinema yang serius. Kemajuannya hanya dilihat sebagai komoditas hiburan semata yang dibatasi dengan durasinya yang sangat pendek. Butuh waktu sekitar sembilan tahun untuk Disney mencatat sejarah dalam merilis film fitur animasi pertama di Hollywood.
Sebelum membahas keberhasilan filmnya, kita perlu mencatat bahwa menciptakan film fitur animasi pada era ini merupakan hal yang luar biasa ambisius. Semenjak pengunguman produksi, skeptisisme yang muncul tak hanya dari publik namun juga internalitas Hollywood. Skeptisisme ini memenuhi tabloid dan berita Hollywood, menyebut ambisi Walt ini sebagai suatu hal yang sangat riskan, bahkan mempertanyakan siapa yang rela menonton kartun dengan durasi film fitur. Media menyebut ambisi ini sebagai “Disney’s Folly” atau “Kebodohan Disney.”
Pada Desember 1937, Snow White and the Seven Dwarfs dirilis ke hadapan publik. Keberhasilan film ini adalah sesuatu yang belum pernah dilihat Hollywood sebelumnya. Dalam premiere-nya yang didatangi oleh bintang-bintang Hollywood, film ini mendapatkan standing ovation, hal yang tidak umum dilakukan dalam premiere film di masa itu. Film ini kemudian mengguncang Hollywood dan mematikan segala prakonsepsi mengenai film ini. Menyebut kebodohan Disney berubah menjadi Triumph-nya.
Gambar 1. Walt Disney dengan piala Oscar Honorer nya untuk Snow White, dipersembahkan oleh Shirley Temple
Enam hari kemudian, Walt Disney bersama tujuh kurcacinya muncul dalam sampul Time Magazine. Tiga minggu kemudian film ini dirilis di bermacam negara menghasilkan box-office sekitar 4,2 juta dolar, menjadikannya film terlaris tahun itu, dan film suara terlaris sepanjang sejarah. Enam bulan sebelum dirilis secara nasional, berita terus menyebar tentang sensasi film inovatif ini, dengan bioskop di seluruh dunia berupaya agar film ini diputarnya di lokasi mereka, memecahkan rekor di beberapa kota dalam waktu yang singkat.
Setiap tahap pembuatan Snow White memunculkan inovasi teknis dan penceritaan yang baru. Para animator beralih dari desain stilistik seperti Betty Boop ke desain karakter yang lebih realistis dan emosional. Di antara ini semua, Mickey Mouse menjadi bintang film terbaru Hollywood. Popularitasnya dapat disandingkan dengan Shirley Temple, Clark Gable atau bahkan Fred Estaire. Para animator, yang dulu dianggap niche kini dianggap sebagai bentuk filmmaker yang terbaru, dan animasi secara keseluruhan berubah dari hal yang ditargetkan kepada anak-anak menjadi sebuah sektor yang paling inovatif dan terus melakukan terobosan.
Disney jugalah salah satu adopter pertama dari teknologi Technicolor bahkan sebelum studio-studio live action mulai menggunakannya. Dalam film-film pendeknya, dan kemudian film fitur Snow White, Walt sudah melihat potensi dari penggunaan warna dalam animasi. Menggunakan proses three-strip dengan tambahan teknologi khusus yang dinamakan successive exposure atau SE yang dirancang khusus oleh technicolor untuk pembuatan film animasi.
Selain inovasinya dalam sisi kreatif dan teknikal sinema Hollywood, Walt jugalah pelopor dalam sisi komersialisasinya. Disney memelopori branding dan merchandising film. Selain film animasi fitur pertama, Snow White juga tercatat sebagai film pertama di sejarah Hollywood yang menggunakan merchandising dalam strategi pemasarannya. Suatu hal yang kini umum dalam kampanye marketing film-film Hollywood baik itu animasi maupun live-action. Ini adalah yang kemudian disebut sebagai “The Disney Model”
Williams and Hammond mendeskripsikan Disney Model sebagai sebuah praktik bisnis yang mengutamakan produksi karya-karya ramah keluarga yang kemudian dapat mempengaruhi pendapatan di luar penjualan tiket, seperti merchandising dan lain-lain. Hal ini terlihat jelas dalam Disney dalam pembukaan taman hiburan Disneyland tahun 1955 di Anaheim, California. Menggunakan popularitas karakter-karakter yang muncul dalam karya filmnya, Disney mengkapitalisasikannya lebih dalam sektor-sektor hiburan lain.
Pengaruh model ini sangat jelas dalam sejarah sinema. Disney membawa elemen baru ke dalam sinema, dan tidak hanya melihat industri film sebagai industri produksi film. Namun membuat nama mereka menjadi sebuah merek tersendiri, membuat produk-produk di luar film berdasarkan film-film mereka. Menginspirasi film franchise seperti Star Wars, dan studio film seperti Universal, MGM, dan Warner Bros untuk melakukan hal yang serupa.
Dalam membahas sinema Hollywood atau evolusinya, tendensi yang sering dilakukan adalah memusat pembahasan terhadap sejarah sinema live-action. Dari dominasi studio besar seperti MGM, genre, hingga bintang-bintang film yang bermunculan. Tentu pembahasan-pembahasan ini menarik dan sangat memikat. Mengingat dan mengenang masa lalu sinema tidak hanya mengasyikan, namun integral dalam merespon ekosistem industri film masa kini. Namun yang sering dilupakan atau dikecualikan dalam diskursus sejarah Hollywood adalah bagaimana animasi sebetulnya memegang peran besar dalam komersialitas sinema dominan.
Dalam membicarakan sinema dominan, Disney bukan hanya bagian dari dominansi itu, namun Disney adalah dominansi itu. Kini Disney adalah raksasa terbesar dalam Hollywood, mengakuisisi studio lain dalam upaya memperluas katalog mereka. Di tahun 2019, 8 dari 10 film dengan pendapatan box-office terbesar di dunia merupakan film Disney, dengan dua film animasinya yang menduduki tiga besar.
Kembali ke tikus hitam-putih itu, Mickey Mouse kini merupakan ikon atau emblem dari kapitalisme sinema Amerika Serikat. Seekor tikus mungil yang kemunculannya berawal dalam film-film pendek di bawah 10 menit ini mengubah segala aspek dari praktik Hollywood untuk selamanya. Baik dari sisi inovasi kreatif, kemajuan teknologi, ambisiusitas, hingga ekspansi sinema ke sektor-sektor hiburan lainnya, tikus ini adalah wajah dari itu semua, dan Walt sang kreator, kini dipandang sebagai sang jenius yang menemukan kunci pintu penghubung ambisi dan inovasi kreatif dengan komersialitas sinema yang tak terhingga.