Rashomon: Akira Kurosawa vs Ryunosuke Akutagawa

Bintang Panglima
4 min readSep 1, 2021

--

Perbandingan singkat sebuah alih wahana legendaris

Film Rashomon (1950, dir. Akira Kurosawa) merupakan film yang melakukan alih wahana dari cerita pendek karya Ryunosuke Akutagawa, yaitu In a Bamboo Grove dan Rashōmon. Dalam teks ini saya menganalisa kedua karya dari kedua medium untuk mencari kemiripan dan perbedaan diantaranya.

Menurut saya, Rashomon karya Akira Kurosawa hanya mengadaptasi cerita pendek Rashōmon karya Ryunosuke Akutagawa secara longgar, memfokuskan kejadian pada cerpen untuk adegan pembuka dan penutup film. Namun, isi cerita utama film ini lebih mengutamakan pengadaptasian cerita pendek In a Bamboo Grove.

Tentu selalu ada perbedaan antara film dan cerita pendek, seperti buku atau novel lain yang diadaptasi menjadi film. Film Rashomon karya Akira Kurosawa adalah interpretasi dari seorang individu. Untuk menerjemahkan cerita ke layar lebar, akan ada batasan yang diwariskan.

MUNCUL DI KEDUA MEDIUM

Struktur cerpen In a Bamboo Grove merupakan monolog-monolog dramatis mengenai pembunuhan seorang Samurai. Film Rashomon menempatkan bagian dari cerita The Woodcutter di bagian Police Commissioner. Monolog-monolog yang terdapat di cerpen diletakkan di dalam plot Woodcutter dan Priest. Film ini mengambil tokoh The Priest, The Commoner dan The Woodcutter sebagai karakter utama dan karakter Bandit (Tajomaru), The Wife, dan The Policeman sebagai karakter minor.

Kurosawa mengambil 3 karakter tersebut sebagai karakter utama untuk memberi 3 tokoh yang sangat berbeda secara perspektif agar memberi edge baru yang tidak didapatkan dalam cerpen. Film membutuhkan tokoh utama untuk mengikat perhatian dan emosi penonton, Namun struktur cerpen In a Bamboo Grove tidak membuat cerpen tersebut memiliki karakter utama.

Dari cerpen Rashōmon, pertama yang jelas diambil adalah Judul dari film ini sendiri. Kedua adalah setting, yaitu Rashomon Gate. Karakter The Commoner/ The Common person tidak berasal dari In a Bamboo Grove, melainkan memiliki kemiripan dari karakter The Servant dalam cerpen Rashōmon.

TERTINGGAL DARI ALIH WAHANA

Untuk cerpen In a Bamboo Grove, hampir seluruh inti cerita dapat diterjemahkan kedalam film. Namun, dari 7 monolog yang terdapat dalam cerpen, bagian The Testimony of an Old Woman under Questioning by the Magistrate yang merupakan monolog dari seorang Ibu tua yang mengaku bahwa anak perempuannya merupakan istri dari “The Dead Man” tidaklah terdapat dalam film.

Untuk cerpen kedua yaitu Rashōmon, Kurosawa tidak mengadaptasi keseluruhan ceritanya melainkan hanya mengambil setting Rashomon dan karakter Servant. Kurosawa juga mengeliminasi narasi mengenai jalan pikiran Servant saat dia bingung memilih keputusan. Pada intinya, film Rashomon tidak pernah mengeksplorasi pikiran the Commoner yang merupakan adaptasi dari tokoh Servant dalam cerpen Rashōmon.

Hal tersebut dilakukan Kurosawa karena narasi dalam cerpen Rashomon tidak melengkapi secara pas cerita keseluruhan In a Bamboo Grove yang dijadikan alih wahana utama di antara kedua cerpen.

PENAMBAHAN KUROSAWA

Penambahan vital yang dilakukan Kurosawa adalah elemen perdebatan antara The Priest, The Woodcutter dan The Commoner mengenai misteri kematian samurai tersebut yang dilakukan di Rashomon. Elemen ini dijadikan cerita utama di dalam film.

Film ini juga menjadikan The Woodcutter dan The Priest sebagai karakter utama yang memberikan narasi mengenai apa yang terjadi di belukar bambu. Beberapa bagian dari cerita the Woodcutter juga merupakan tambahan yang tidak ada di film. Khususnya pada bagian cerita kedua The Woodcutter dan adegan Bayi.

Karakter The Priest dibuat lebih signifikan dan kompleks. Dalam film, dirinya memiliki pandangan yang lebih religius, di mana dirinya percaya pada kemampuan manusia dalam mewujudkan kebaikan, dan pada dasarnya manusia tidak sepenuhnya jahat dan egois.

Karakter the Commoner juga dibuat lebih signifikan dan besar. Dirinya dibuat lebih humoris dan pintar dalam melihat kebohongan Woodcutter. Sama seperti kedua karakter tadi, The Woodcutter juga memiliki porsi yang besar dalam cerita. Dalam film, tokoh Woodcutter dijadikan tokoh sentral, di mana pada akhirnya hanya dirinya yang berubah. Pada awalnya dirinya berbohong, namun saat the Commoner menyudutkannya, dirinya mengakui kebohongannya. Kesimpulannya 3 karakter utama dalam film tidak memiliki porsi yang sama dengan cerpen. Dimana dalam film porsi mereka lebih signifikan dan utama.

Perbedaan lainnya dapat ditemukan dalam kesaksian pertama the Woodcutter. Dia menemukan kotak jimat merah, topi pria dan topi wanita. Namun, hanya sisir dan tali yang ditemukan dalam cerpen In a Bamboo Grove. Tujuan menampilkan lebih banyak benda dalam film ketika ia bertemu dengan mayat adalah untuk menciptakan antisipasi penonton, dan sisir atau tali tidak begitu menarik secara visual.

Bila mengadaptasi kedua cerpen itu secara verbatim, maka mungkin karya akhir hanya berdurasi 15 menit. Oleh karena itu, Kurosawa mengambil keputusan-keputusan kreatif untuk memperkaya cerita agar terasa lebih sinematik. Dari segi penokohan, penonton membutuhkan tokoh utama yang dijadikan refleksi dari mereka. Kurosawa mengambil tokoh The Priest dan The Woodcutter dari cerpen In a Bamboo Grove dan The Commoner (The Servant) dari cerpen Rashōmon sebagai tiga tokoh utama dalam film.

Pilihan Kurosawa untuk menggabungkan dua cerpen menurut saya sangat jenius, dirinya dapat mengambil Rashōmon, sebuah cerpen yang pada dasarnya sudah kaya dengan narasi yang sinematik, mengambil elemen visual serta settingnya dan menggabungkannya dengan cerita misteri yang didapatkan dalam cerpen In a Bamboo Grove yang sangat menarik dan dapat mengikat perhatian.

--

--

Bintang Panglima
Bintang Panglima

Written by Bintang Panglima

An aspiring filmmaker and film writer based in Indonesia. Start a conversation with me through my e-mail: bintangpanglima@gmail.com

No responses yet